Annyeong...!!!
Welcome to my blog...!!!
Semoga bermanfaat...!!!
Kita bakalan share info2 terbaru seputar Film, Drama & Music Korea ^_^
Gamsahamnida...

Selasa, 06 Juli 2010

KEMAJUAN IPTEK SALAH SATU PENYEBAB LUMPUHNYA PERGERAKAN MAHASISWA KAB. MAMASA

Seiring dengan perkembangan jaman, tidak bisa dipungkiri bahwa IPTEK dan pola pikir manusia juga semakin maju, hal tersebut membuat segala sesuatunya serba instan.
Namun tidak pernah disadari, bahwa segala sesuatu yang serba instan itulah yang justru merusak moral manusia, khususnya generasi muda.

Semua orang menganggap dirinya pintar dan hebat, mampu melakukan segala sesuatu seorang diri sehingga orang lain menjadi tidak ada artinya lagi. Jika pemikiran semacam itu terus dipelihara, bisa dipastikan akan ada suatu masa dimana manusia bukan lagi makhluk sosial melainkan makhluk individualistic.

Yang menjadi pertanyaan saat ini, adalah bagaimana mahasiswa sebagai orang terpelajar menyikapi keadaan ini?
Tak jarang, bahkan sebagian besar dari mahasiswa pun terbawa arus dan terbuai dengan kenikmatan-kenikmatan yang instan itu. Sering kita mendengar, bahkan mungkin kita sendiri yang sering mengatakan: “Hari gini gak tau teknologi???”

Mengerti teknologi bukan berarti harus bergantung pada teknologi, mengerti teknologi bukan berarti waktu kita habis untuk mengurus teknologi itu sendiri sehingga peran sebagai agent of change and social control dalam masyarakat menjadi terlupakan.

Rakyat di daerah terpencil yang belum terjangkau teknologi sedang menjerit, tertindas, tersiksa dan kelaparan akibat ulah penguasa yang tidak bertanggung jawab, orang-orang terpelajar di kota sedang tertawa bahagia menikmati teknologi yang semakin canggih, organisasi-organisasi / pergerakan mahasiswa yang selama ini menyerukan suara hati rakyat, yang peduli kepada mereka yang tertindas akhirnya menjadi lumpuh, kegiatan yang dulunya sering dihadiri ratusan orang kini bisa dihitung dengan jari. Akibatnya, para penguasa bersorak-sorai melihat organda mahasiswa yang tak tentu arahnya, mereka menjadi semakin rakus, tikus-tikus kantor semakin meraja lela dan berpesta pora karena tidak ada lagi yang mengawasi mereka, Mahasiswa yang katanya mampu mengontrol segala tindak-tanduk penguasa kini sedang sibuk dengan dunianya sendiri, sehingga rakayat pun semakin tertindas.

Hal ini sangat jelas terjadi pada mahasiswa Kab. Mamasa. Tujuh tahun sudah kab. Mamasa berdiri, namun organisasi mahasiswa yang seharusnya sudah besar malah semakin tenggelam. Mereka yang seharusnya sedang berfikir ke arah mana Mamasa akan dibawah justru memenuhi café-café “main poker, chating, buka situs ini dan itu”. Saat pimpinan organisasi mengeluarkan undangan untuk mengadakan pertemuan mambahas sesuatu yang dianggap urgent, mereka pun mengeluarkan alasan yang sama sekali tidak masuk akal dan tidak lebih baik dari alasan seorang anak SD saat ditanya oleh gurunya karena bolos. Organisasi yang beranggotakan ratusan orang, saat mengadakan pertemuan dapat dihitung dengan jari tangan saja. Saat dilakukan sidak diam-diam di café-café atau lewat internet, ternyata mereka semua nongkrong di sana. “ada duit buat beli bensin untuk main di café, tapi kok gak ada duit buat beli bensin untuk ikut pertemuan???”

Yang hadir juga, kadang pembicaraannya tidak sesuai dengan topic, karena di dalam ransel sudah ada Laptop jadi topic pembicaraan mengarah ke “di café mana akan singgah sebentar? tadi menang berapa M waktu main poker” tidak ada yang membahas info-info terupdate mengenai kondisi Daerah atau bahakan Indonesia pada umumnya.

Contoh kongkrit yang terjadi di internal organ mahasiswa Mamasa, ketika akan diadakan pembacaan vonis atas 24 mantan anggota DPRD kab. Mamasa tersangka tindak pidana korupsi pada tanggal 3 Mei 2010 di Kejaksaan Polman. Mahasiswa yang harusnya mengawal kasus ini pada kemana?
Pertemuan yang sempat diadakan beberapa kali yang dihadiri tidak lebih dari 10 orang, kecuali pertemuan terakhir karena ada tambahan 5 orang dari HIMA-MATRA, berujung dimana??
Issu-issu yang beredar bahwa akan ada aksi dari ratusan Mahasiswa, yang katanya sempat menggetarkan bulu kuduk para tersangka, ternyata hanya isapan jempol belaka yang tidak pernah ada pembuktiannya.
Teringat kata-kata Soe Hok Gie yang pernah saya baca di sebuah buku tentang Beliau yang mengatakan
“Lebih baik diasingkan, daripada menyerah pada kemunafikan”
Andai Mahasiswa Mamasa memiliki prinsip yang sama dengan yang pernah dituturkan oleh Soe Hok-Gie (Atau jangan-jangan mengenal Soe Hok-Gie pun tidak), tapi kenyataannya justru terbalik. Kira-kira redaksinya seperti ini “Lebih baik munafik daripada diasingkan”

Masih layakkah ini disebut sebagai orang terpelajar??? Telah menghianati dan mengingkari perannya sendiri…
Teriakan “hidup mahasiswa” kini berubah menjadi “mati mahasiswa”
Mahasiswa mati, maka seluruh rakyat akan ikut mati.

“Orang yang ingin maju, adalah orang yang bersedia menerima kritikan dan saran dari orang lain” kata dosenku.

BTP, Mei 2010
Saat rapat salah satu organ Mahasiswa Kab. Mamasa dan yang hadir hanya 4 orang, alasan yang lain tidak hadir adalah tidak ada bensin, tidak ada teman, tidak ada kendaraan, dll. Hati kecilku tergerak untuk mencari tahu kira-kira “APA PENYEBAB KAWAN-KAWAN JARANG BAHKAN TIDAK PERNAH MENGIKUTI RAPAT???” Setelah menemukan salah satu jawabannya, maka jari2 tanganku mulai menari2 di atas tombol-tombol dan baru selesai sekarang (05 Juni 2010)
Tunggu jawaban berikutnya, masih dalam penyelidikan…!!